Kami kemudian masuk ke dalam rumah Habîb Abû Bakar yang penuh berkah. Tatkala menatap wajah beliau yang tampan dan bercahaya seperti bulan purnama, air mata kami jatuh berderai.
Kebahagiaan menyelimutiku, begitu hebat hingga aku tak kuasa menahan tangisku
Sayyidî ‘Alwî menghampiri Habîb Abû Bakar, mencium tangan beliau. Keduanya lalu saling berpelukan, menangis dan bersyukur kepada Allâh Ta’âlâ atas pertemuan ini. Sepuluh tahun lamanya mereka tidak berjumpa. Kekhusyukan dan haibah pertemuan ini dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka seakan terpukau dan suasana sangat hening. Setiap pipi basah oleh air mata, setiap kepala tertunduk ke bawah. Mereka semua menyaksikan pertemuan agung ini setelah perpisahan begitu lama. Perpisahan yang dimaksud adalah perpisahan raga, adapun ruh mereka senantiasa hadir dan tak pernah berpisah.
Habîb Abû Bakar, semoga Allâh memanjangkan umurnya, menatap Sayyidî ‘Alwî dan berulang kali mengucapkan selamat datang dan penghormatan. Selang beberapa saat Habîb Abû Bakar memeluk beliau. Ini dilakukannya tiga kali. Tanda-tanda kebahagiaan dan suka cita tampak jelas di wajah keduanya.
Habîb Abû Bakar berkata, “Yang telah memegang takkan melepaskan.”
“Aku akan menaatimu. Aku datang kemari dengan berbagai keperluan. Dan mengharapkan pemberian untukku, anak-anakku, dan keluargaku,” kata Sayyidî ‘Alwî.
Beliau lalu membacakan salah satu ayat Quran.
“Hai pembesar, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allâh memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.” (Yûsûf/12:88)
“Tentu…, tentu…, aku akan memberimu kabar gembira,” kata beliau, “Sejak subuh hari ini aku merasa gelisah dan tak banyak berkata-kata. Aku tidak tahu apa sebabnya. Melihat engkau datang, hilanglah kegelisahanku, hatiku terasa lapang dan aku menjadi bersemangat.”
“Habîb Husein al-Haddâd menyarankan agar kami cepat-cepat ke Gresik karena menurutnya engkau sedang mengharap-harap kedatangan kami,” kata Sayyidî ‘Alwî.
Sayyidiy ‘Alwî lalu bercerita bahwa dahulu ayah beliau (Habîb ‘Alî) bila mendapat kunjungan penduduk atau ulama Tarîm, misalnya: Habîb ‘Umar bin ‘Idrûs al-‘Aidarûs dan saudara beliau Habîb ‘Abdullâh, atau Habîb Muhammad as-Sirî, beliau tampak gembira, bersemangat, lalu memakai pakaian yang paling bagus dan berkata, “Ahlanâ ‘indanâ… Keluarga kami sekarang berada di rumah kami.”
Sayyidiy ‘Alwî melanjutkan, “Sekali waktu mereka datang di musim panas ketika kami sedang berada di Anîsah. Menjelang akhir malam, mereka telah berada di halaman. Pada malam itu kami akan mengkhatamkan Qurân. Biasanya, ayahku memulai khataman dari surat al-Burûj. Ketika beliau radhialâhu ‘anhu mulai membaca, maka yang ruku’ tetap ruku’, tidak ingin i’tidal, yang sujud tak ingin bangun dari sujudnya, yang sedang berjalan berhenti di tempatnya, yang sedang memakai pakaian tak sanggup memasukkan tangannya yang lain ke lengan bajunya, mereka semua terpaku mendengarkan seorang ârifbillâh membaca kalâmulâh di akhir malam, bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla.”
Sumber : Facebook Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi
0 Response to "Kisah indah pertemuan Habib Abubakar Gresik dengan Habib Alwi Solo"
Posting Komentar